Setiap suku punya cara hidup yang unik.Mulai dari berpakaian, cara makan hingga tempat tinggal mereka.Begitu pula yang dialami suku Dayak yang tinggal di rumah Betang. Rumah Betang ini adalah rumah panggung yang sangat besar dan luas. Orang-orang sering menyebutnya sebagai rumah Lamin atau rumah Panjang .Panjang rumah ini mencapai 150 m dan lebarnya 30 m. Suku Dayak tinggal di rumah itu dengan beberapa keluarga. Karena besar dan luas, rumah betang mampu menampung hingga 150 orang. Masing-masing keluarga di pisah dengan bilik-bilik berpintu. Kemudian, ada satu ruangan besar yang digunakan untuk berlalu lalang, berkumpul dan melakukan kegiatan bersama, kira-kira fungsi ruangan itu mirip sebuah teras. Pada umumnya, rumah Betang berdiri di atas ketinggian 5 m dari tanah, panggung yang tinggi ini dibuat berguna untuk menghindari serangan binatang buas dan banjir saat musim hujan tiba. Penghuninya naik turun rumah melalui hejot, yakni batang kayu bulat yang di takik sehingga mudah di tapaki kaki., Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan. Suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan( komunalisme ) diantara para waega yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. suku Dayak menghargai perbedaan etnik,agama ataupun latar belakang sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar